Sd.Kfz.186. "Jagdtiger / Hunting Tiger"
Sejarah
Jerman,
negara yang pernah menguasai Eropa pada saat Perang Dunia II. Negara
ini sering kali dibahas dalam sejarah sebagai salah satu negara produsen
peralatan militer terbaik. Salah satu dari kreasi Jerman adalah tank
destroyer, tank yang di desain dengan fungsi utama sebagai penghancur
tank lain. Dalam sejarahnya banyak tank destroyer milik Jerman pada
periode pertengahan hingga akhir Perang Dunia II mendapatkan reputasi
yang menakutkan karena selain rata-rata dibekali armor yang tebal, tank
destroyer dibekali dengan meriam-meriam kaliber besar, mulai dari seri
StuG III, Jagdpanzer, Jagdpanther hingga Jagdtiger. Diluar itu Jerman
juga sering membuat tank destroyer dengan konsep armor ringan namun
dibekali senjata anti tank yang ampuh seperti Hetzer, Nashorn dan
Marder.
Jagdtiger yang bila diartikan ke dalam bahasa Inggris berarti Hunting Tiger, adalah nama salah satu tank destroyer milik
Jerman yang ada periode Perang Dunia II. Nama resmi dari tank destroyer
ini adalah Panzerjäger Tiger Ausf. B. Sedangkan nama menurut daftar
inventaris kendaraan perang adalah Sd.Kfz.186. Jagdtiger tercatat
sebagai tank terberat yang pernah digunakan pada Perang Dunia II. Hanya
puluhan yang sempat di produksi dan turun ke medan tempur antara tahun
1944 hingga berakhirnya perang, baik di Front Timur maupun Front Barat.
Dengan
kesuksesan StuG III, Marder I, Marder II dan Marder III dalam perannya
sebagai tank destroyer, para pimpinan militer AD Jerman memutuskan untuk
membuat tank destroyer baru dengan menggunakan sasis dari kendaraan
lapis baja yang sudah ada sebagai basisnya. Kebanyakan dari tank
destroyer milik Jerman tidak dilengkapi dengan turret (kubah meriam yang
dapat berputar), melainkan dengan menggunakan kubah permanen yang
menyatu dengan sasis. Keuntungan dari desain ini dibandingkan tank biasa
adalah biaya produksi lebih kecil, karena komponen yang diperlukan
lebih sedikit dibandingkan membuat tank dengan turret. Desain ini juga
membuat tank destroyer dapat dipasangi meriam berkaliber besar.
Pada
awal tahun 1942, Staff Jendral Angkatan Darat mengajukan permintaan
pada pabrikan kendaraan perang Jerman untuk membuat sebuah artileri
gerak sendiri dengan menggunakan meriam kaliber 128mm. Pada tanggal 18
Mei 1942 Adolf Hitler memerintahkan agar meriam 128mm itu digunakan
untuk fungsi utama penghancur tank, bukan pendukung infanteri. Pada
percobaan penembakan meriam 128mm, meriam ini menunjukkan persentase
tinggi dalam mengenai sasaran, tes ini juga mengikutsertakan meriam
dengan kaliber lebih kecil seperti 88mm dan 105mm.
Pada
awal tahun 1943 sebuah keputusan diambil untuk memasang meriam 128mm ke
sasis Panther atau Tiger I untuk digunakan sebagai tank serang berat.
Setelah membuat tank prototype kubah statis berbahan kayu untuk
percobaan, sasis Panther ternyata tidak cocok untuk meriam ini. Pada
tanggal 20 Oktober 1943, sebuah tank percobaan dengan kubah statis
berbahan kayu lainnya dibuat menggunakan sasis Tiger II dan
diperlihatkan pada Hitler di Prussia Timur. Dua prototype dibuat :
sebuah versi dengan sistem suspensi Porsche (nomor 305001) yang
menggunakan delapan roda pada tiap sisinya dan sebuah versi dengan
sistem suspensi Henschel (nomor 305002) yang menggunakan sembilan roda
pada tiap sisinya seperti yang digunakan di versi produksi masal Tiger
II. Keduanya selesai pada bulan Februari 1944. Awalnya akan diberi nama
Jagdpanzer, namun kemudian dinamai Jagdtiger. Jagdtiger diberi nomor
inventaris perang Sd.Kfz.186.
Jagdtiger
sendiri merupakan versi logis pengembangan desain Jagdpanzer, seperti
Jagdpanther yang berasal dari tank Panther. Jagdtiger menggunakan sebuah
struktur kubah permanen menyerupai kotak, dimana sisi kanan kiri dari
struktur ini menyatu dengan sasis yang berasal dari sasis Tiger II yang
diperpanjang. Kombinasi desain baru dan sasis Tiger II yang diperpanjang
menghasilkan sebuah tank dengan lapisan armor yang tebal dan meriam PaK
44 L/55 berkaliber 128mm. Armor Jagdtiger berupa lapisan baja setebal
250 mm dibagian depan kubah permanen dan lapisan baja setebal 150 mm di
bagian lambung atas sasis depan. Meriam PaK 44 L/55 ini dapat
menghancurkan semua jenis tank yang ada pada periode Perang Dunia II,
bahkan dari jarak yang sangat jauh (3,5 km). Meriam ini memiliki
keterbatasan sudut tembak yang hanya 10 derajat, sehingga untuk membidik
musuh di luar jangkauan, seluruh tubuh tank harus bergerak memutar.
Jagdtiger
sering mengalami berbagai masalah mekanis dan teknis karena beratnya
yang mencapai 71,7 ton dan memiliki mesin yang kurang bertenaga.
Jagdtiger sering kali rusak hanya karena bergerak dalam periode waktu
tertentu, bahkan lebih banyak Jagdtiger yang hilang dalam pertempuran
bukan karena dihancurkan musuh tetapi karena kerusakan mekanis dan
kekurangan bahan bakar, sehingga kerap kali terpaksa ditinggalkan atau
dihancurkan sendiri oleh awaknya. Menarik Jagdtiger adalah suatu hal
yang hampir mustahil dilakukan, saat itu tak ada kendaraan militer yang
sanggup menarik tank sekelas Jagdtiger.
Sistem suspensi Henschel (merah) dan sistem suspensi Porsche (Kuning)
Awalnya
Jagdtiger akan diproduksi mulai bulan Desember 1943, akan tetapi saat
itu karena produksi Panther lebih diutamakan sehingga produksi Jagdtiger
berjalan lambat. Baru pada bulan Januari 1945 produksi Jagdtiger di
prioritaskan, akan tetapi kondisi Jerman saat itu sudah demikian buruk,
dimana pesawat pembom sekutu sering kali menyerang pabrik-pabrik Jerman.
150 unit Jagdtiger dipesan, tapi hanya setengahnya yang berhasil
diproduksi antara bulan Juli 1944 sampai Mei 1945. Kedua versi Jagdtiger
sempat diproduksi, 11 unit (nomor 305001-305003) diproduksi dengan
sistem suspensi Porcshe (8 roda), sementara sisanya menggunakan sistem
suspensi Henschel (9 roda).
Jumlah produksi Jagdtiger bervariasi tergantung sumber data dan faktor lain seperti apakah prototype dan semua yang dibuat setelah hari VE dihitung. 44 unit tercatat diproduksi dari bulan Juli 1944 hingga Desember 1944, 36 unit dari Januari 1945 hingga April 1945, dengan nomor seri dari 305001 hingga 305088 (termasuk unit contoh dari bulan Mei 1945 dan unit prototype produksi dan semua sasis yang belum selesai dibuat). Kabar yang beredar dari beberapa sumber bahwa Jagdtiger tidak lagi di produksi setelah bulan Februari 1945. Beberapa unit produksi terakhir bahkan kekurangan perlengkapan dan tidak bisa digunakan atau tidak bisa diikut sertakan dalam kesatuan yang ada.
Kronologis jumlah produksi berdasarkan nomor seri:
1944
Februari : 2 unit (305001–305002)
Juli : 3 buah (305003–305005)
Agustus : 3 buah (305006–305008)
September : 8 buah (305009–305016)
October : 9 buah (305017–305025)
November : 6 buah (305026–305031)
Desember : 20 buah (305032–305051)
1945
Januari : 10 buah (305052–305061)
Februari : 13 buah (305062–305074)
Maret : 3 buah (305075–305077)
April : 7 buah (305078–305084)
Mei : 4 buah (305085–305088)
Setelah nomor seri 305011 (September 1944), tak lagi ada pengaplikasian lapisan anti-magnet Zimmerit oleh pabrikan.
Hanya
dua batalion anti-tank berat (schwere Panzerjäger-Abteilung), nomor 512
dan 653, yang dilengkapi dengan Jagdtiger, dengan pengiriman unit
pertama ke batalion pada bulan September 1944. Sekitar 20% dari semua
Jagdtiger hilang dalam pertempuran, kebanyakan dihancurkan oleh awaknya
sendiri ketika ditinggalkan, karena masalah mekanis ataupun kekurangan
bahan bakar menjelang akhir perang. Sisanya yang direbut Sekutu kemudian
dijadikan tank percobaan dan sebagian dihancurkan.
Meriam
PaK 44 L/55 menggunakan amunisi yang terbagi menjadi dua bagian, yang
berarti diperlukan dua loader untuk memasukkan proyektil dan case
pendorong proyektil secara terpisah. Akibatnya kecepatan untuk kondisi
siap tembak Jagdtiger lambat karena proses memasukkan peroyektil dan
case pendorong ke dalam breech dilakukan terpisah. Asap mesiu dari hasil
penembakan begitu banyak sehingga terkadang musuh dapat mengetahui
posisi Jagdtiger, ditambah lagi asap yang timbul membuat pandangan awak
Jagdtiger tertutup.
Ace tank Tiger, Otto Carius menjadi komandan kompi kedua dari tiga kompi Jagdtiger di Panzerjagerabteilung 512. Dalam bukunya, Tiger in the Mud, menceritakan sejarah langka tentang sepuluh Jagdtiger yang ada di bawah komandonya. Dia menyatakan bahwa Jagdtiger tidak dapat mengeluarkan potensi maksimalnya karena beberapa faktor : Salah satunya adalah supremasi udara yang saat itu dikuasai Sekutu membuat mereka sulit bergerak, pesawat-pesawat serang darat Sekutu sering terbang di langit dan siap menyerang tank-tank Jerman yang terlihat. Faktor lainnya adalah meriam raksasa Jagdtiger yang harus dikalibrasi ulang akibat getaran setelah melakukan perjalanan lintas alam, walaupun hanya dalam jarak pendek (Catatan : Masalah ini lebih sering terlihat pada Jagdtiger dengan sistem suspensi Porsche yang terbukti tidak cocok melintasi medan alam, akibat getaran yang terjadi membuat kalibrasi meriam tidak akurat. Untuk Jagdtiger dengan sistem suspensi Henschel, masalah ini jarang terjadi karena sistem suspensi Henschel lebih modern.). Lalu masalah kecepatan, Jagdtiger menggunakan mesin yang terlalu lemah sehingga hanya bisa memacu Jagdtiger 34km/jam di jalan raya. Transmisi dan bagian mesin lainnya sering mengalami kerusakan karena sering kali Jagdtiger yang beratnya 72 ton saat menemukan sasaran, harus memutar seluruh badannya untuk mengarahkan larasnya. Meriam raksasa Jagdtiger harus selalu dikunci pada posisinya agar braket tidak aus dan mempengaruhi akurasi tembakan, jika bertemu tank musuh secara tiba-tiba, para awaknya terpaksa keluar dari Jagdtiger untuk melepaskan kuncian meriam sebelum menembak.
Ace tank Tiger, Otto Carius menjadi komandan kompi kedua dari tiga kompi Jagdtiger di Panzerjagerabteilung 512. Dalam bukunya, Tiger in the Mud, menceritakan sejarah langka tentang sepuluh Jagdtiger yang ada di bawah komandonya. Dia menyatakan bahwa Jagdtiger tidak dapat mengeluarkan potensi maksimalnya karena beberapa faktor : Salah satunya adalah supremasi udara yang saat itu dikuasai Sekutu membuat mereka sulit bergerak, pesawat-pesawat serang darat Sekutu sering terbang di langit dan siap menyerang tank-tank Jerman yang terlihat. Faktor lainnya adalah meriam raksasa Jagdtiger yang harus dikalibrasi ulang akibat getaran setelah melakukan perjalanan lintas alam, walaupun hanya dalam jarak pendek (Catatan : Masalah ini lebih sering terlihat pada Jagdtiger dengan sistem suspensi Porsche yang terbukti tidak cocok melintasi medan alam, akibat getaran yang terjadi membuat kalibrasi meriam tidak akurat. Untuk Jagdtiger dengan sistem suspensi Henschel, masalah ini jarang terjadi karena sistem suspensi Henschel lebih modern.). Lalu masalah kecepatan, Jagdtiger menggunakan mesin yang terlalu lemah sehingga hanya bisa memacu Jagdtiger 34km/jam di jalan raya. Transmisi dan bagian mesin lainnya sering mengalami kerusakan karena sering kali Jagdtiger yang beratnya 72 ton saat menemukan sasaran, harus memutar seluruh badannya untuk mengarahkan larasnya. Meriam raksasa Jagdtiger harus selalu dikunci pada posisinya agar braket tidak aus dan mempengaruhi akurasi tembakan, jika bertemu tank musuh secara tiba-tiba, para awaknya terpaksa keluar dari Jagdtiger untuk melepaskan kuncian meriam sebelum menembak.
Kurangnya
latihan para awak dan semangat yang rendah adalah masalah terbesar para
awak Jagdtiger di bawah komando Carius. Saat pasukan Sekutu mulai masuk
ke wilayah Jerman, pasukan Jerman di beberapa daerah masih bertahan
dengan gigih dan membentuk daerah kantong atau daerah-daerah kecil yang
masih dikuasai Jerman. Di kantong Ruhr, dua komandan Jagdtiger tidak
berani menyerang konvoi kendaraan Amerika yang jaraknya hanya 1,5km pada
siang hari karena takut serangan udara, walaupun kedua Jagdtiger
dikamuflase dengan baik. Kedua Jagdtiger itu justru mengalami kerusakan
mekanis ketika mencoba mengundurkan diri karena takut serangan udara
yang tak pernah terjadi, salah satunya dihancurkan awaknya agar tak
jatuh ke tangan Sekutu. Untuk mencegah terulangnya kejadian ini, Carius
membuat posisi bertahan di dataran tinggi sambil menunggu datangnya
musuh. Satu konvoi kendaraan lapis baja Amerika berhasil menghindari
penyergapan karena penduduk sipil Jerman memberi peringatan kepada
mereka. Nasib malang masih menimpa kompi ini, pada malam hari salah satu
Jagdtiger jatuh ke sebuah lubang bekas ledakan bom dan tidak bisa
digerakkan. Sebuah lagi hancur akibat tembakan Panzerfaust yang
dilepaskan oleh Volkssturm yang tak pernah melihat Jagdtiger sebelumnya,
para Volkssturm mengira Jagdtiger adalah salah satu tank Sekutu.
Di
dekat Unna, sebuah Jagdtiger menanjak ke bukit untuk menyerang lima
tank Amerika yang ada 600 meter di bawah, aksi itu diketahui oleh
tank-tank Amerika, dua tank mundur sementara tiga tank lainnya mulai
menembaki Jagdtiger. Jagdtiger terkena beberapa tembakan telak, akan
tetapi peluru meriam tank Sherman tak dapat menembus armor depan
Jagdtiger yang tebalnya 250mm. Sayangnya komandan Jerman yang kurang
berpengalaman ini kehilangan keberaniannya dan lebih memilih mundur dari
pertempuran, secara ceroboh memutar balik Jagdtiger bukannya
menggunakan gigi mundur. Akibatnya sisi samping Jagdtiger yang ketebalan
armornya lebih tipis tertebus peluru meriam tank Sekutu, keenam awaknya
tewas seketika. Carius menuliskan bahwa sia-sia keberadaan Jagdtiger
kalau awak tank tidak terlatih atau tidak berpengalaman untuk selalu
ingat menghadapkan lapisan armor terkuat ke lawan.
Ketika
sudah merasa tak mampu untuk lolos dari kantong Ruhr, Otto Carius
memerintahkan meriam-meriam Jagdtiger yang tersisa untuk dihancurkan dan
kemudian mereka menyerah ke militer Amerika. Dari sepuluh Jagdtiger
dari 2nd Company, Panzerjagerabteilung 512, satu Jagdtiger yang hancur
di pertempuran, sebuah lagi hancur karena salah tembak dari pihak Jerman
sendiri, delapan lainnya rusak atau dihancurkan sendiri oleh para
awaknya agar tak bisa digunakan musuh.
Pada
tanggal 17 Januari 1945, dua Jagdtiger dari Korps XIV dikirim untuk
menyerang garis pertahanan di Auenheim untuk mendukung infanteri Jerman
yang bertempur disana. Tanggal 18 Januari mereka menyerang empat buat
bunker dari jarak 1.000 meter. Sebuah kubah baja dari salah satu bunker
terbakar setelah terkena dua tembakan Jagdtiger. Sebuah Sherman muncul
lalu menyerang posisi Jerman namun berhasil dihancurkan dengan mudah.
Pertempuran hari itu menghabiskan 46 peluru tipe HE dan 10 peluru
anti-tank, tak ada Jagdtiger yang hancur dalam serangan itu.
Di
bulan April, schwere Panzerjagerabteilung 512 mengalami pertempuran
yang hebat. Terutama pada tanggal 9 April dimana kompi pertama dari
posisi yang tersembunyi menyergap konvoi Sekutu yang terdiri dari
barisan tank Sherman dan truk-truk. Akibat serangan itu 11 tank dan 30
kendaraan lainnya berhasil dihancurkan, dengan beberapa tank musuh di
hancurkan dari jarak lebih dari 4 km. Kompi ini hanya kehilangan sebuah
Jagdtiger karena serangan dari pesawat-pesawat serang darat Sekutu,
P-47. Beberapa hari selanjutnya kompi pertama berhasil menghancurkan
lima tank Sherman sebelum akhirnya menyerah di Iserlohn. Sementara kompi
ke dua masih bertempur namun dengan hasil minim. Pada 15 April 1945
kompi kedua akhirnya menyerah di Schillerplatz di Iserlohn tanpa
perlawanan kepada Sekutu.
Dari 88 Jagdtiger, hanya tiga buah yang berhasil selamat sampai akhir peperangan dan masih tersimpan di museum.
-Jagdtiger dengan nomor seri 305004
Bovington
Tank Museum, Inggris. Satu-satunya Jagdtiger varian suspensi Porsche
yang tersisa dari sebelas unit yang ada. Direbut oleh tentara Inggris
pada bulan April 1945 di dekat Sennelager, Jerman. Jagdpanther ini
digunakan untuk percobaan. Roda ketiga di sisi kiri hilang. Zimmerit
diaplikasikan hingga ketinggian 2 meter dan lambang Balkenkreuz di cat
di bagian tengah badan. Cincin sproket dengan 18 gigi ditemukan di
kendaraan ini.
-Jagdtiger dengan nomor seri 305020
United
States Army Ordnance Museum di Aberdeen, Maryland, Amerika Serikat.
Jagdtiger yang diproduksi bulan Oktober 1944 yang merupakan bagian dari
schwere Panzerjägerabteilung 653 dan memiliki nomor 331. Kendaraan ini
direbut dekat Neustadt an der Weinstraße, Jerman pada bulan Maret 1945.
Kerusakan masih bisa terlihat di mantlet meriam, plat glasic dan armor
bawah mantlet. Kendaraan ini menggunakan cincin sproket dengan 9 gigi,
agar bisa menggunakan rantai kotak dan connector link yang dipakai Tiger
II.
-Jagdtiger dengan nomor seri 305083
Kubinka
Tank Museum, dekat Moskow. Jagdtiger ini merupakan varian Henschel.
Diperoleh Soviet ketika sebuah Kampfgruppe dari schwere
Panzerjägerabteilung 653 yang dilengkapi dengan 4 Jagdtiger menyerah di
Amstetten, Austria pada 5 Mei 1945. Jagdtiger ini diperoleh dengan
kondisi utuh dan lengkap dengan side skirts dan cincin sproket 9 gigi.
12 buah kaitan yang di las di dinding tank digunakan untuk membawa 8
pasang rantai tank. Kendaraan ini tidak dilapisi Zimmerit. Seluruh
peralatannya hilang tetapi MG-42 masih terpasang pada dudukan atas mesin
belakang untuk keperluan anti pesawat.
Disamping
dari 11 unit kendaraan suspensi Porsche, varian lain yang dikembangkan
adalah Sd.Kfz.185. Perbedaannya pada meriam yang digunakan, yakni PaK 43
kaliber 88 mm dibanding PaK 44 kaliber 12,8cm. Ini diakibatkan oleh
kekurangan meriam PaK 44 pada menjelang akhir Perang Dunia II. Varian
ini tak pernah masuk operasional.
Sebuah
Jagdtiger terlihat di film Inggris, They Were Not Divided. Berbeda
dengan film Perang Dunia II lain yang kebanyakan menggunakan kendaraan
lapis baja tiruan untuk sisi Jerman, film tentang Perang Dunia II milik Inggris ini banyak menggunakan kendaraan lapis baja Jerman asli yang direbut Sekutu.
Spesifikasi
Type
Heavy Tank Destroyer.
Negara asal
Nazi Germany.
Pabrik & perakitan
Nibelungenwerk.
(Steyr-Daimler-Puch).
Tahun Operasional
1944-1945.
Operator
Nazi Germany.
Periode
World War II.
Berat
-70.600kg (Henschel).
-68.800kg (Porsche).
Panjang
10,65 m.
Lebar
3,6 m.
Tinggi
2,8 m.
Awak
6.
Armor
Kubah statis permanen bagian depan : 250 mm.
Lambung depan bagian atas : 150 mm.
Lambung depan bagian bawah : 100 mm.
Sisi samping : 80 mm.
Sisi belakang : 80 mm.
Senjata utama
128mm Pak 44(80) L/55.
Senjata sekunder
1 x MG34 – di lambung sasis.
1 x MG42 – diatas dek mesin.
Mesin
Maybach HL 230 P 30 / 12-cylinder / 700hp.
Power/weight
12.8 hp/ton.
Suspensi
Dual torsion bar.
Jarak tempuh maksimal
Jalan raya : 120-170km.
Lintas alam : 80-121km.
Kecepatan
Jalan raya : 38km/jam.
Lintas alam : 17km/jam.
Trivia
-Meriam
Jagdtiger dapat menghancurkan semua jenis tank Sekutu yang ada pada
Perang Dunia II. Meriam ini juga yang nantinya akan digunakan di tank
raksasa Jerman, Maus.
-Awak
Jagdtiger lebih takut terhadap pesawat serang darat Sekutu daripada
tank Sekutu. Ukuran tank yang besar dan tinggi serta lambatnya tank
membuat para awaknya lebih nyaman berada dalam posisi stasis dengan
kamuflase dibanding bergerak mencari sasaran.
-Jagdtiger
memakai mesin yang sama dengan Jagdpanther, padahal berat Jagdpanther
hanya 45,5 ton sedangkan Jagdtiger 70 ton lebih.
-Walaupun
Jerman cepat mengembangkan tank baru, akan tetapi dalam hal
perkembangan mesin penggerak ternyata Jerman tak sanggup mengimbangi.
Akibatnya bisa terlihat tank-tank berat Jerman hanya digerakkan oleh
mesin yang bertenaga kecil sehingga mobilitasnya lambat dan sering rusak
akibat kelebihan beban.
-Jagdtiger
juga termasuk boros bahan bakar, untuk setiap 1 km memerlukan 5 liter
bahan bakar. Jerman sesungguhnya telah lama mengalami kesulitan
memperoleh bahan bakar sejak kehilangan daerah kaya minyak Ploiesti.
-Jagdtiger diawaki 6 orang. Pengemudi, operator radio/gunner MG sasis, komandan, gunner meriam utama dan dua orang loader.
-Pada
bulan November 1944, Jagdtiger pernah diusulkan untuk dipasangi meriam
PaK 44 L/66 yang lebih kuat. Rencananya bagian kubah statis akan
diperpanjang hingga ke atas dek mesin agar terdapat ruangan cukup untuk
recoil meriam setelah ditembakkan.
-Porsche
kerap kali gagal menawarkan konsepnya ke militer karena desainnya
dianggap inferior. Tidak hanya kalahnya konsep suspensi Porsche di
Jagdtiger, Porsche juga kalah saat membuat suspensi untuk Tiger I.
-Pada
musim panas 1945, Amerika mencoba sebuah Jagdtiger yang direbut dari
Jerman. Dari jarak 2,1km ternyata peluru Jagdtiger dapat dengan mudah
menembus armor depan M26 Pershing, tank terkuat Amerika saat Perang
Dunia II. M26 Pershing awalnya di desain Amerika pada saat Perang Dunia
II untuk menghadapi tank-tank berat Jerman seperti Tiger I.
-Volkssturm
tak lain para wajib militer maupun sukarelawan sipil yang bertugas
membantu prajurit reguler Jerman pada akhir-akhir perang, dibentuk
karena prajurit reguler Jerman tidak mencukupi untuk berperang dua Front
di akhir-akhir menjelang Perang Dunia II. Volkssturm kebanyakan hanya
mendapatkan pelatihan dasar dan minim pengalaman perang, sehingga
terkadang harus di tuntun oleh prajurit reguler dalam beroperasi di
lapangan. Tak seperti prajurit reguler, para Volkssturm tak begitu
mengenal kendaraan maupun tank-tank Jerman.
-Jagdtiger
memiliki hatch atau pintu kecil di belakang kubah statisnya, hatch ini
biasa digunakan untuk mengisi ulang stok peluru di dalam Jagdtiger.
Dalam kondisi darurat bisa dipakai untuk melarikan diri.
-Jagdpanther
lebih disukai para awak tank Jerman yang beruntung. Dibandingkan
Jagdtiger, Jagdpanther lebih kecil karena menggunakan sasis Panther,
tapi kecepatan dan mobilitasnya jauh mengungguli Jagdtiger, meriam
kaliber 88 mm nya juga masih sanggup menghancurkan tank-tank Sekutu.
Hanya dalam dua hal Jagdtiger unggul yakni armor yang lebih tebal dan
meriam yang lebih besar.
-Dari
pabrikan Jagdtiger diberi warna kuning tua, penerapan kamuflase
tergantung kebutuhan oleh awak di lapangan. Pada menjelang saat-saat
terakhir kabarnya beberapa Jagdtiger tidak sempat dicat sehingga
terlihat berwarna dasar merah baja.
References
www.achtungpanzer.com
www.the-blueprints.com
www.ww2incolor.com
www.wikipedia.com
www.forum.axishistory.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar